Sabtu, 08 Oktober 2016

New Year



NEW YEAR

“Tidak terasa yah, sekarang udah bulan Desember lagi. Bentar lagi kita akan memasuki tahun yang baru, tahun 2016. Yeeeeaaahh.” Ucap Kinta dengan gembira yang membuyarkan lamunan Sinta, kakak kembarnya.

Kinta dan Sinta adalah anak kembar dari keluarga yang terpandang. Apa yang mereka inginkan selalu dipenuhi oleh orang tuanya. Tetapi walaupun mereka kembar, mereka memiliki karakter yang berbeda. Sinta yang sebagai kakak memiliki sifat yang mandiri dan orangnya seriusan. Berbeda dengan adiknya, Kinta. Kinta memiliki sifat yang manja dan tidak suka dengan hal-hal yang serius, ia lebih suka dengan candaan alias humor. Setiap pekerjaan rumahnya selalu meminta bantuan kakaknya. Seingat Sinta, tidak ada satupun pekerjaan rumah yang diselesaikan sendiri oleh Kinta. Tapi walaupun seperti itu, Sinta tetap menyayangi adiknya.

“Iya, bentar lagi kita akan memasuki tahun baru. Tapi kakak mau pesan sama Kinta.” Ucap Sinta sambil tetap menatap indahnya langit malam.

“Pesan? Kakak ini ngigau yah? Kinta kan bukan pelayan. Kalau mau pesan yah sama pelayan. Bukan sama Kinta. Hahaha.” Kebiasaan Kinta, menghadirkan humor ketika suasana mulai tampak serius.

“Huufftt.” Sinta mendengus. Ia sudah sangat mengenal betul sifat adiknya yang tak suka dengan sesuatu yang serius, kata Kinta kalau sesuatu yang serius dalam dunia nyata itu lebih menyeramkan dari film-film horor. *yaiyalah.

“Gini, tahun-tahun kemarinkan kita ngerayain tuh yang namanya malam tahun baru. Untuk tahun ini sampai tahun seterusnya, kakak minta supaya keluarga kita tidak perlu merayakan lagi malam tahun baru.” Jelasnya.

“Kenapa? Bukannya kakak juga merasa senang waktu malam tahun baru kemarin?? Kok sekarang malah melarang merayakan malam tahun baru sih kak?” Kini jidat Kinta berkerut. Baru kali ini Sinta melihat wajah serius adiknya.

“Sebaiknya kalau kita ingin merayakan suatu hal, kita harus menyelidikinya terlebih dahulu. Kita ini kan muslim. Hari raya untuk kaum muslim itu hanya dua yaitu saat Idul Adha dan Idul Fitri kalau perayaan yang lain kita perlu melihat sejarah awal mula adanya perayaan tersebut.”

“Emangnya sejarah perayaan tahun baru itu bagaimana kak?” Kinta semakin penasaran. Ia sudah terbiasa dengn perubahan pemikiran kakaknya. Sesuatu yang sering dilakukannya bersama berubah menjadi sesuatu ia benci. Wajar saja, sekarang Sinta bergabung dengan organisasi Islam, ROHIS. Jadi, suatu hal yang wajar kalau sedikit-sedikit harus liat dulu bagaimana pandangan Islam terhadap apa yang akan dilakukannya. Apalagi sekarang Sinta menjadi ketuanya. Tentunya Sinta harus lebih hati-hati dalam bersikap agar dapat menjadi tauladan yang baik bagi anggota-anggotanya.

Seketika itu juga Sinta membuka iPhone nya dan mulai mencari artikel yang membahas tentang sejarah perayaan tahun baru masehi. Dan setelah dapat, ia segera memperlihatkannya kepada Kinta. Kinta sangat serius membacanya. Isinya itu seperti ini:

***

Sejak Abad ke-7 SM bangsa Romawi kuno telah memiliki kalender tradisional. Namun kalender ini sangat kacau dan mengalami beberapa kali perubahan. Sistem kalendar ini dibuat berdasarkan pengamatan terhadap munculnya bulan dan matahari, dan menempatkan bulan Martius (Maret) sebagai awal tahunnya.

Pada tahun 45 SM Julius Caesar mengganti kalender tradisional ini dengan Kalender Julian. Urutan bulan menjadi: 1) Januarius, 2) Februarius, 3) Martius, 4) Aprilis, 5) Maius, 6) Iunius, 7) Quintilis, 8) Sextilis, 9) September, 10) October, 11) November, 12) December. Di tahun 44 SM, Julius Caesar mengubah nama bulan “Quintilis” dengan namanya, yaitu “Julius” (Juli).

Sementara penerus Julius Caesar, yaitu Kaisar Augustus, mengganti nama bulan “Sextilis” dengan nama bulan “Agustus”. Sehingga setelah Junius, masuk Julius, kemudian Agustus. Kalender Julian ini kemudian digunakan secara resmi di seluruh Eropa hingga tahun 1582 M. Pada saat itu muncul Kalender Gregorian.

Januarius (Januari) dipilih sebagai bulan pertama, karena dua alasan. Pertama, diambil dari nama dewa Romawi “Janus” yaitu dewa bermuka dua, satu muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang. Dewa Janus adalah dewa penjaga gerbang Olympus. Sehingga diartikan sebagai gerbang menuju tahun yang baru.

Kedua, karena 1 Januari jatuh pada puncak musim dingin. Di saat itu biasanya pemilihan konsul diadakan, karena semua aktivitas umumnya diliburkan. Di bulan Februari, konsul yang terpilih dapat diberkati dalam upacara menyambut musim semi yang artinya menyambut hal yang baru. Sejak saat itu, tahun baru orang Romawi tidak lagi dirayakan pada 1 Maret, tapi pada 1 Januari. Tahun baru 1 Januari pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM.

Orang Romawi merayakan tahun baru dengan cara saling memberikan hadiah potongan dahan pohon suci. Belakangan, mereka saling memberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar Dewa Janus. Mereka juga mempersembahkan hadiah kepada kaisar.

Saat ini, tahun baru 1 Januari telah dijadikan sebagai salah satu hari suci umat Kristiani. Namun kenyataannya, tahun baru sudah lama menjadi tradisi sekuler yang menjadikannya sebagai hari libur umum nasional untuk semua warga Dunia.

Pada mulanya perayaan ini dirayakan baik oleh orang Yahudi yang dihitung sejak bulan baru pada akhir September. Selanjutnya menurut kalender Julianus, tahun Romawi dimulai pada tanggal 1 Januari. Paus Gregorius XIII mengubahnya menjadi 1 Januari pada tahun 1582 dan hingga kini seluruh dunia merayakannya pada tanggal tersebut.

Bagi orang Kristiani yang mayoritas menghuni belahan benua Eropa, tahun baru masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa al-Masih, sehingga agama Kristen sering disebut agama Masehi. Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir disebut tahun Masehi.

***

“Hal itu sudah kakak tanyakan ke ustadzahnya kakak. Dan beliau mengatakan kalau kita ini sebagai umat muslim tidak boleh mengikuti orang-orang yang non muslim. Dalam hadits riwayat Abu Daud dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW bersabda: man tasyabbahu bi qaumin fa huwa minhum yang artinya barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka. Kan kita sudah tahu kalau perayaan tahun baru itu adalah kebiasaan kaum non muslim. Dan tidak ada dalil yang mengatakan kalau kita harus merayakannya tetapi yang ada adalah larangan untuk menyerupai. Makanya tadi kakak pesan sama adik supaya kita tidak usah merayakan tahun baru untuk tahun ini dan untuk seterusnya.” Jelas Sinta.

Kinta merenungi kata-kata yang baru saja keluar dari mulut kakak kembarnya itu. Kinta terkesima mendengarnya. “Kak…” wajahnya kini menunduk di hadapan kakaknya.

“Kamu kenapa, dik?” Sinta menghampiri Kinta sambil mengelus punggung hingga kepala adiknya dan mulai duduk di sampingnya.

“Ajari Kinta untuk mengenal Islam, kak.” Kinta menatap mata Sinta tanda ia sangat serius dengan ucapannya.

“Masyaa Allah.” Gumam Sinta dalam hatinya. “Iya, dik. Kakak pasti akan mengajari Kinta. Kakak sayang sama Kinta. Kakak sayang sama Mama dan Papa. Kakak ingin di akhirat nanti kita semua dikumpulkan ke dalam surgaNya.” Ucap Sinta sambil memeluk Kinta.

Air mata mereka kini membasahi kain kerudung yang mereka pakai. Dan semoga air mata mereka akan menjadi saksi di akhirat nanti serta akan menjadi syafaat bagi mereka. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar