NEW
YEAR
“Tidak terasa yah,
sekarang udah bulan Desember lagi. Bentar lagi kita akan memasuki tahun yang
baru, tahun 2016. Yeeeeaaahh.” Ucap Kinta dengan gembira yang membuyarkan
lamunan Sinta, kakak kembarnya.
Kinta dan Sinta adalah
anak kembar dari keluarga yang terpandang. Apa yang mereka inginkan selalu
dipenuhi oleh orang tuanya. Tetapi walaupun mereka kembar, mereka memiliki
karakter yang berbeda. Sinta yang sebagai kakak memiliki sifat yang mandiri dan
orangnya seriusan. Berbeda dengan adiknya, Kinta. Kinta memiliki sifat yang
manja dan tidak suka dengan hal-hal yang serius, ia lebih suka dengan candaan
alias humor. Setiap pekerjaan rumahnya selalu meminta bantuan kakaknya. Seingat
Sinta, tidak ada satupun pekerjaan rumah yang diselesaikan sendiri oleh Kinta.
Tapi walaupun seperti itu, Sinta tetap menyayangi adiknya.
“Iya, bentar lagi kita
akan memasuki tahun baru. Tapi kakak mau pesan sama Kinta.” Ucap Sinta sambil
tetap menatap indahnya langit malam.
“Pesan? Kakak ini
ngigau yah? Kinta kan bukan pelayan. Kalau mau pesan yah sama pelayan. Bukan
sama Kinta. Hahaha.” Kebiasaan Kinta, menghadirkan humor ketika suasana mulai
tampak serius.
“Huufftt.” Sinta mendengus.
Ia sudah sangat mengenal betul sifat adiknya yang tak suka dengan sesuatu yang
serius, kata Kinta kalau sesuatu yang serius dalam dunia nyata itu lebih
menyeramkan dari film-film horor. *yaiyalah.
“Gini, tahun-tahun
kemarinkan kita ngerayain tuh yang namanya malam tahun baru. Untuk tahun ini
sampai tahun seterusnya, kakak minta supaya keluarga kita tidak perlu merayakan
lagi malam tahun baru.” Jelasnya.
“Kenapa? Bukannya kakak
juga merasa senang waktu malam tahun baru kemarin?? Kok sekarang malah melarang
merayakan malam tahun baru sih kak?” Kini jidat Kinta berkerut. Baru kali ini
Sinta melihat wajah serius adiknya.
“Sebaiknya kalau kita
ingin merayakan suatu hal, kita harus menyelidikinya terlebih dahulu. Kita ini
kan muslim. Hari raya untuk kaum muslim itu hanya dua yaitu saat Idul Adha dan
Idul Fitri kalau perayaan yang lain kita perlu melihat sejarah awal mula adanya
perayaan tersebut.”
“Emangnya sejarah
perayaan tahun baru itu bagaimana kak?” Kinta semakin penasaran. Ia sudah
terbiasa dengn perubahan pemikiran kakaknya. Sesuatu yang sering dilakukannya bersama
berubah menjadi sesuatu ia benci. Wajar saja, sekarang Sinta bergabung dengan
organisasi Islam, ROHIS. Jadi, suatu hal yang wajar kalau sedikit-sedikit harus
liat dulu bagaimana pandangan Islam terhadap apa yang akan dilakukannya.
Apalagi sekarang Sinta menjadi ketuanya. Tentunya Sinta harus lebih hati-hati
dalam bersikap agar dapat menjadi tauladan yang baik bagi anggota-anggotanya.
Seketika itu juga Sinta
membuka iPhone nya dan mulai mencari artikel yang membahas tentang sejarah
perayaan tahun baru masehi. Dan setelah dapat, ia segera memperlihatkannya
kepada Kinta. Kinta sangat serius membacanya. Isinya itu seperti ini:
***
Sejak Abad ke-7 SM bangsa Romawi kuno telah memiliki
kalender tradisional. Namun kalender ini sangat kacau dan mengalami beberapa
kali perubahan. Sistem kalendar ini dibuat berdasarkan pengamatan terhadap
munculnya bulan dan matahari, dan menempatkan bulan Martius (Maret) sebagai
awal tahunnya.
Pada tahun 45 SM Julius Caesar mengganti kalender
tradisional ini dengan Kalender Julian. Urutan bulan menjadi: 1) Januarius, 2)
Februarius, 3) Martius, 4) Aprilis, 5) Maius, 6) Iunius, 7) Quintilis, 8)
Sextilis, 9) September, 10) October, 11) November, 12) December. Di tahun 44
SM, Julius Caesar mengubah nama bulan “Quintilis” dengan namanya, yaitu
“Julius” (Juli).
Sementara penerus Julius Caesar, yaitu Kaisar Augustus,
mengganti nama bulan “Sextilis” dengan nama bulan “Agustus”. Sehingga setelah
Junius, masuk Julius, kemudian Agustus. Kalender Julian ini kemudian digunakan
secara resmi di seluruh Eropa hingga tahun 1582 M. Pada saat itu muncul
Kalender Gregorian.
Januarius (Januari) dipilih sebagai bulan pertama, karena
dua alasan. Pertama, diambil dari nama dewa Romawi “Janus” yaitu dewa bermuka
dua, satu muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang.
Dewa Janus adalah dewa penjaga gerbang Olympus. Sehingga diartikan sebagai
gerbang menuju tahun yang baru.
Kedua, karena 1 Januari jatuh pada puncak musim dingin. Di
saat itu biasanya pemilihan konsul diadakan, karena semua aktivitas umumnya
diliburkan. Di bulan Februari, konsul yang terpilih dapat diberkati dalam
upacara menyambut musim semi yang artinya menyambut hal yang baru. Sejak saat itu,
tahun baru orang Romawi tidak lagi dirayakan pada 1 Maret, tapi pada 1 Januari.
Tahun baru 1 Januari pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM.
Orang Romawi merayakan tahun baru dengan cara saling
memberikan hadiah potongan dahan pohon suci. Belakangan, mereka saling
memberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar Dewa Janus. Mereka juga
mempersembahkan hadiah kepada kaisar.
Saat ini, tahun baru 1 Januari telah dijadikan sebagai salah
satu hari suci umat Kristiani. Namun kenyataannya, tahun baru sudah lama
menjadi tradisi sekuler yang menjadikannya sebagai hari libur umum nasional
untuk semua warga Dunia.
Pada mulanya perayaan ini dirayakan baik oleh orang Yahudi
yang dihitung sejak bulan baru pada akhir September. Selanjutnya menurut kalender
Julianus, tahun Romawi dimulai pada tanggal 1 Januari. Paus Gregorius XIII
mengubahnya menjadi 1 Januari pada tahun 1582 dan hingga kini seluruh dunia
merayakannya pada tanggal tersebut.
Bagi orang Kristiani yang mayoritas menghuni
belahan benua Eropa, tahun baru masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus
Kristus atau Isa al-Masih, sehingga agama Kristen sering disebut agama Masehi.
Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah
Yesus lahir disebut tahun Masehi.
***
“Hal itu sudah kakak
tanyakan ke ustadzahnya kakak. Dan beliau mengatakan kalau kita ini sebagai
umat muslim tidak boleh mengikuti orang-orang yang non muslim. Dalam hadits
riwayat Abu Daud dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW bersabda: man tasyabbahu bi qaumin fa huwa minhum yang artinya barangsiapa
yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka. Kan kita
sudah tahu kalau perayaan tahun baru itu adalah kebiasaan kaum non muslim. Dan
tidak ada dalil yang mengatakan kalau kita harus merayakannya tetapi yang ada
adalah larangan untuk menyerupai. Makanya tadi kakak pesan sama adik supaya
kita tidak usah merayakan tahun baru untuk tahun ini dan untuk seterusnya.”
Jelas Sinta.
Kinta merenungi
kata-kata yang baru saja keluar dari mulut kakak kembarnya itu. Kinta terkesima
mendengarnya. “Kak…” wajahnya kini menunduk di hadapan kakaknya.
“Kamu kenapa, dik?”
Sinta menghampiri Kinta sambil mengelus punggung hingga kepala adiknya dan
mulai duduk di sampingnya.
“Ajari Kinta untuk
mengenal Islam, kak.” Kinta menatap mata Sinta tanda ia sangat serius dengan
ucapannya.
“Masyaa Allah.” Gumam
Sinta dalam hatinya. “Iya, dik. Kakak pasti akan mengajari Kinta. Kakak sayang
sama Kinta. Kakak sayang sama Mama dan Papa. Kakak ingin di akhirat nanti kita
semua dikumpulkan ke dalam surgaNya.” Ucap Sinta sambil memeluk Kinta.
Air mata mereka kini
membasahi kain kerudung yang mereka pakai. Dan semoga air mata mereka akan
menjadi saksi di akhirat nanti serta akan menjadi syafaat bagi mereka. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar